Saturday, 18 June 2011

Sesal Kemudian Tiada Berguna

Penitence…

Di siang-siang bolong seperti ini, di saat saya sedang dilanda rasa lapar luar biasa, kata itu berkelebat di pikiran saya. Akhir-akhir ini kehidupan saya cukup berlebihan secara emosional, hingga akhirnya saya nyampah di twitter dan obviously kelihatan lagi stress sama orang-orang yang kebetulan lagi satu timeline.

Well, I admit it. Kadang saya lupa kalo twitter itu bukan zona pribadi saya, means banyak orang juga yang gabung di situ. Terkadang setelah “nyampah” di twitter, saya baru sadar ternyata saya punya follower yang alim banget dan ngerasa gak enak setelah mengeluarkan sumpah serapah. Hahaha!

Kadang saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah saya masih labil? Hmm, pertanyaan itu agak menggelitik. :p

Whoa, kenapa malah bahas twitter dan kelabilan jadinya? Maaf saya jadi meracau, hehehe. Anyway, saya mau sharing tentang “penitence” sama kalian kali ini. FYI, penitence itu artinya penyesalan.

Saya ingat, waktu SD saya pernah dibelikan buku yang judulnya “Sesal Kemudian Tiada Berguna”; bercerita tentang seekor bangau yang melakukan kesalahan dan kemudian menyesal karena itu. Judul buku itu, seperti juga pepatah yang akrab di telinga kita, selalu saya ingat hingga detik ini.

Waktu kecil saya sudah merasakan apa itu penyesalan, tapi toh tidak terlalu berpengaruh pada hidup saya. Namanya juga anak kecil yang cepat lupa hal-hal seperti itu. Sialnya saat sudah bertambah usia, saya semakin mengerti dan merasakan penyesalan yang sebenar-benarnya; dan rasanya sakit.

Hal-hal yang mostly diharapkan oleh orang-orang yang sedang menyesal adalah andai saja waktu dapat berputar kembali. Well, setidaknya ada kesempatan yang datang kepada mereka untuk memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.

Waktu jelas tidak bisa diputar balik karena ia seperti air terjun, begitu jatuh tak bisa ditarik ke atas lagi. Jadi hapuslah permohonan bahwa waktu bisa berputar balik dari daftar doa kalian pada Tuhan. Berita bagusnya adalah, ada kesempatan kedua yang mungkin datang kepada kalian. Jika kesempatan itu datang, pergunakanlah sebaik-baiknya.

I once made a very big mistake in my life, tapi kemudian kesempatan kedua datang. Unfortunately saya tidak bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, dan kesalahan yang sama pun terulang lagi. Terlalu muluk untuk mengharapkan kesempatan ketiga, karena kesempatan kedua aja jarang datang; apalagi yang ketiga.

Selama beberapa minggu saya mendekam dalam penyesalan, menangis tanpa henti dan meratapi nasib (kok kayak sinetron ya?). Tidak mau makan, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, menutup diri, dan cepat marah. Semua karena saya menyesali kesalahan yang saya perbuat. Bodoh sekali ya? :p

Hingga suatu hari saya menonton sebuah film Korea yang berjudul “Sad Movie” dan pesan dari film itu benar-benar menghantam dan menyadarkan saya; bahwa sesungguhnya saya bukan satu-satunya manusia yang sedang menyesal dan meratapi nasib di dunia ini. Masih banyak orang di luar sana yang punya masalah serupa dengan saya dan bahkan lebih berat.

Hal yang perlu disesalkan bukanlah kesalahan ataupun hal bodoh yang telah kita lakukan, yang lebih patut untuk disesali adalah sikap kita yang terus berlarut-larut dalam penyesalan. Jadikan masa lalu sebagai bahan pelajaran, bukan bahan penyesalan. Dulu ya dulu, beda dengan sekarang. We live the “now” and prepare for the “tomorrow”, so stop regretting the “then” (I mean the past). Just leave what happened then and start to care for what’s happening now.

Jangan jadikan masa yang ada sekarang menjadi sesuatu yang bisa disesali di masa depan, tapi jadikanlah ia sebagai masa yang mempunyai banyak kisah untuk diceritakan dengan senyuman. Nyesal boleh, tapi jangan lebay. Hehehe.

Hidup terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan. Kalo jatuh, harus bangun! :D

Sekian dari saya kali ini, semoga bermanfaat.
(mulai sekarang saya juga harus stop menyesal secara lebay, ntar dibilang omdo lagi. Hahaha)

Thank you for reading this… :)

No comments:

Post a Comment