Bukan, bukan
galau masalah percintaan dan segala tetek-bengeknya.
Ini tentang saya dan masa depan *iciwkipret*
Kalau boleh jujur, di detik selepas sidang saat chair of panel examiners mengumumkan bahwa saya lulus dengan nilai A, saya ngerasa lega dan bangga luar biasa. Selepas itu? Hampa luar biasa. Di otak saya yang terpikirkan adalah, “Oh, udah nih lulus? Begini aja? Trus habis ini mau ngapain?”
That’s an
easy question to answer actually, for most of people. Kalo udah lulus kuliah
mau ngapain? Ya kerja.
Tapi bagi
saya menjawab pertanyaan “habis ini mau ngapain?” itu gak semudah yang
kebanyakan orang bakal jawab. Di bayangan saya, kerja sehabis kuliah itu – yang
juga seperti kebanyakan orang akan bayangkan – adalah jadi orang kantoran, baik
PNS maupun swasta, yang kerja dari senen sampe jumat; dari pagi sampe malem.
Duduk di depan laptop, hanya keluar saat makan siang atau saat ada pertemuan
dengan klien. Ulangi terus bagian itu sampai seterusnya dan seterusnya, dan
seterusnya.
Saya sangat
menghormati sekaligus kagum dengan orang yang bekerja selama bertahun-tahun
sebagai pekerja kantoran; like my father, my uncles, my aunties yang sangat
ulet meniti karir sampe dapet posisi atas. If I were them, I would not be that
patience and persistence. Call me impatience but yeah that’s what I am.
Saya lebih menyukai
ide bekerja seperti yang ibu saya lakukan. Ibu saya seorang ibu rumah tangga,
tapi beliau juga pekerja seni. Dulunya ibu saya seorang penari, tapi sekarang
beliau jadi anggota vocal group yang cukup punya nama di Jambi; dan juga
freelancer sebagai guru olah vokal, atau juri di berbagai perlombaan menyanyi. Gak
mesti persis seperti itu juga sih, tapi ya intinya bekerja sambil menikmati
hidup.
Keputusan
saya milih Public Relations buat jadi major di undergraduate study saya bukan
tanpa alasan. Dulunya sih pengen International Relations, tapi ya karena gak
dapat restu akhirnya belok ke jurusan yang sama-sama berurusan dengan cuap-cuap
dan pelobian; ya Public Relations.
Dari kecil,
bahkan sebelum berlangganan tv kabel, saya udah suka banget nonton acara-acara
National Geography, Discovery Channel, BBC, dan sebangsanya yang ditayangin di
TPI, ANTV atau MetroTV. Saya ingat di sabtu dan minggu pagi saya selalu dengan
semangat bangun di saat subuh cuma buat nonton Seputar Indonesia Akhir Pekan
yang mengulas flora dan fauna.
When I was in
middle high, my father decided subscribing to cable tv; and ever since, most of
my leisure time I spend by watching NatGeo – either the ori one, wild, or
adventure; Discovery Channel, and BBC and stuffs (juga channel-channel kartun
hahaha) even until now. Kalo enggak ya baca dan nulis. I have always been a
geek and I’m proud of it.
Setelah
meracau luar biasa tentang diri saya yang baru saja saya lakukan ini, intinya
adalaaaaah…
Saya pengen
jadi kayak orang-orang yang ada di channel-channel TV itu. Dealing with animals
and plants, traveling around the world, meeting new people, learning about new
cultures, and gaining new experiences every single day. That’s the definition
of ideal balance of job and life in my humble opinion. Harapan saya dengan jadi
seorang Public Relations practitioner, saya bisa ikut ambil bagian dalam
mempromosikan kampanye penyelamatan lingkungan dan makhluk hidup kepada
orang-orang di seluruh dunia. Sayangnya orang-orang mikir, tujuan saya jadi PR
practitioner itu jadi karyawati yang smart dan kece yang sehari-harinya tampil
stylish.
Jika saya
harus tinggal di Afrika mengurusi hewan-hewan dan berkampanye setiap harinya,
namun saya harus meninggalkan ‘peradaban’;
saya gak keberatan. I won’t mind. I won’t mind at all. I’m actually looking for
a chance for it. Dengan gaji yang ngepas pun saya gak keberatan, as long as I
got the chance to see the whole world.
Orang bilang
jangan kerja karena hobby, soalnya nanti dapat duitnya cuma dikit karena
biasanya rela-rela aja kalo gajinya kecil. Well screw that! Itu pemikiran buat
orang-orang yang nyari duit. Saya? Saya mencari kepuasan dalam hidup. It’s
better to live in simple way but mentally and spiritually full of joy. Daripada
banyak duit tapi gak menikmati hidup karena terlalu sibuk kerja, gimana tuh?
Unfortunately
that’s not the idea of how life should be menurut orang-orang di sekitar saya.
I know, my dream might be a little bit too hard to achieve. Tapi tetep aja saya
belum mau menerima pemikiran kalo abis kuliah itu ya kerja, terus nikah, terus
punya anak dulu atau nyambung kuliah dulu – mana aja boleh, terus punya cucu
dan hidup bahagia bersama keluarga selama-lamanya. That’s honestly so sweet,
but I want something more; something beyond that.
You could say
I’m too greedy. I’m sorry for that, but I admit that I am. I’m craving for
adventures. Saya pengen ngelakuin hal-hal yang luar biasa. Saya pengen sesuatu
yang lebih dari serentetan rutinitas yang bakal saya ulangi tiap hari. Ada
banyak hal di dunia ini yang bisa saya pelajari, daripada menetap dan menjalani
course of life yang rata-rata orang pilih.
Jalan ke situ
memang gak gampang. Saya beberapa kali daftar buat jadi volunteer di
negara-negara yang punya program konservasi lingkungan dan hewan liar, kayak
Afrika Selatan, Australia, Thailand, Costa Rica, dan sebagainya; dan saya
keterima. Sayangnya budget yang saya butuhkan buat terbang ke sana juga gak
dikit, jadi ya semuanya terpaksa saya tunda lagi sampai jangka waktu yang saya
sendiri gak tahu.
Jadi ya untuk
sementara ini mungkin saya harus berpuas diri dengan bermimpi. Gak masalah,
karena hal-hal besar dimulai dari sebuah mimpi. It might be crazy but be it!
I’ll definitely stick with these dreams I have. If you could try something
different then why you should take the path most people would take? Entah cara
berpikir saya yang emang beda sendiri atau sebenarnya saya sinting, saya juga
gak ngerti. Yang saya mengerti ya, saya berharap suatu hari nanti mimpi saya
bakal terwujud.
Saya bakal
terus berusaha. Mungkin suatu hari saya bakalan bener-bener menginjakkan kaki
di tanah Afrika dan melakukan apa yang sejak dulu pengen banget saya lakukan.
Sampai tiba
saatnya nanti, kata-kata ‘mungkin suatu hari’ dan ‘bakalan’ akan hilang dari
kalimat di atas. Semoga Tuhan kasih saya keberanian untuk membuat keputusan
gila yang nantinya bakal menuntun saya ke mimpi-mimpi itu.
I guess this
is the time for the dreamer to go back dreaming and planning extraordinary
plans for her future.
This one is a
pretty looong post, but thank you for reading this. :)
No comments:
Post a Comment